Hutan Musnah Dibabat Habis, Perubhan Iklim Makin Ekstrim
Hampir sepertiga daratan di bumi tertutupi oleh hutan untuk menyediakan infrastruktur organik penting bagi kehidupan. Mulai dari air yang kita minum hingga udara yang kita hirup berasal dari hutan. Di planet bumi, hutan menjadi tempat beberapa koleksi kehidupan yang paling padat dan beragam.
Hutan dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan, seperti pohon, paku-pakuan, rumput, semak, jamur, dan lain sebagainya. Menampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, dan pelestari tanah merupakan fungsi hutan yang cukup penting bagi kehidupan.
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, hutan dirumuskan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati dengan dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Selain itu, hutan memiliki peran yang krusial dalam mencegah perubahan iklim.
Baca juga : Soal Prinsip Kecukupan Luas Kawasan Hutan, KLHK : Dalam UU Cipta Kerja Tidak Dihapus
Berjuta manfaat didapatkan dari karakter hutan hujan tropis yang terkadang tidak sadar didapatkan oleh penduduk di Bumi. Mulai dari pasokan oksigen, menjaga kestabilan iklim, hingga tempat tinggal beragam spesies untuk menjaga keseimbangan alam.
Sayangnya, upaya perlindungan hutan tidak sejalan di lapangan. Praktik deforetasi terus dilakukan oleh berbagai korporasi demi mengeruk keuntungan pribadi. Sudah tahu, dong akibatnya gimana akibatnya kalau kita kehilangan hutan? Aduh, menjawabnya saja tidak sanggup. Saatnya 1000 Aspirasi Indonesia Muda menyuarakan persoalan besar ini.
Deforetasi atau penggundulan hutan telah dilakukan dalam beberapa dekade terakhir. Mengutip dari Kompas, sekitar 420 juta hektare hutan telah musnah sejak tahun 1990. Alasan utamanya adalah pertanian.
Indonesia menjadi salah satu dari lima negara teratas dunia yang kehilangan banyak area hutan selama dua dekade terakhir. Menurut data dari Global Forest Watch, Indonesia kehilangan 9,75 juta hektar hutan primer antara tahun 2002 dan 2020. Hampir 80 persen kebakaran hutan terjadi untuk pembukaan lahan kelapa sawit.
Baca juga : Selain Menanam Pohon, Ini Cara Melestarikan Hutan yang Mudah Dilakukan
Pada tahun 2016, rekor 929.000 hektare hutan musnah, tetapi telah terjadi penurunan laju deforestasi yang stabil sejak saat itu. Pada tahun 2020, angka deforestasi tahunan turun menjadi 270.000 hektar. Mesi terjadi penurunan, kemungkinan deforetasi akan tetap ada selama tidak adanya kesadaran dari akar rumput hingga pemimpin mengenai fungsi hutan dalam keseimbangan alam.
Hutan mempunyai fungsi utama sebagai tempat penyimpanan karbon dalam jumlah besar. Penelitian yang dilakukan Seymour, F. & Busch, J. berjudul Why Forests? Why Now? The Science, Economics, and Politics of Tropical Forests and Climate Change membenarkan bahwa hutan tropis mengandung kira-kira 470 milyar ton karbon.
Deforetasi masif menyebabkan jumlah karbondioksida (CO2) yang dilepaskan ke udara semakin besar. Hal ini berakibat pada pertukaran uap air dan karbondioksida yang terjadi antara atmosfer dan permukaan tanah yang berkaitan dengan terjadinya perubahan iklim.
Baca juga : Ini Alasan Akar Kuning Banyak Dicari di Hutan Leuser
Perubahan konsentrasi udara di lapisan atmosfer akan berefek langsung terhadap iklim dunia. Hutan mempunyai peran utama mengatur iklim bumi dengan cara menyerap dan menyimpan karbondioksida dari atmosfer. Karbondioksida yang terlepas bebas dalam jumlah besar ke atmosfer akan berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Selain itu, hutan sebagai habitat bermacam spesies hewan dan tumbuhan akan rusak dan lenyap akibat pembabatan habis yang dilakukan tanpa ada upaya perbaikan berkelanjutan. Hewan dan tumbuhan yang bergantung pada ekosistem hutan perlahan mati bahkan dapat menimbulkan kepunahan massal.
Kondisi ini akan berdampak di berbagai sektor lain, seperti pendidikan dan penelitian yang akan kehilangan objek kajian karena spesies yang diteliti tidak dapat ditemukan kembali. Hingga di sektor kesehatan, deforestasi dapat berpotensi pada hilangnya berbagai jenis obat yang bersumber dari flora, fauna, serangga atau burung-burung yang telah mati akibat rusaknya ekologi dalam hutan.
Sebagian korporasi tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkannya, tentunya tidak sebanding dengan dampak buruk dari hilangnya hutan dan perubahan iklim yang menimpa orang-orang miskin dan terpinggirkan.
Inilah saat yang tepat untuk membangun kesadaran pentingnya hutan bagi kehidupan dalam KTT G20 ke-17 yang sejalan dengan tema Recover Together, Recover Stronger. Presidensi G20 Indonesia yang akan diselenggarakan di Bali pada 15--16 November 2022 nanti dapat menjadi jembatan dan wadah bagi permasalahan penggundulan hutan yang berakibat pada perubahan iklim.
Dukungan berbagai pihak demi mewujudkan penanaman hutan kembali merupakan elemen penting untuk keberlanjutan kualitas hidup yang lebih baik. Deforetasi dapat terjadi apabila longgarnya regulasi.
Penguatan regulasi merupakan kewajiban pemerintah agar upaya deforestasi tidak terus berlanjut. Perubahan iklim menjadi permasalahan serius yang amat sulit diatasi, kecuali ada komitmen penuh menjaga hutan. Sebab, kita tidak mungkin bisa mengatasi perubahan iklim tanpa melindungi hutan.
sumber: liputan6
Comments
Post a Comment